Pematangsiantar – Kemenpar Apresiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberikan apresiasi tinggi atas konsistensi 13 tahun penyelenggaraan Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi, Jawa Timur. Gelaran akbar yang setiap tahunnya menampilkan ribuan penari di tepi Pantai Boom Marina itu dinilai sebagai contoh sukses kolaborasi antara budaya, pariwisata, dan kreativitas lokal yang mampu menarik perhatian dunia.
Simbol Cinta dan Identitas Banyuwangi

Baca Juga : Korban Kecelakaan Bus Wisata di Tol Pemalang: 4 Tewas dan 14 Luka-luka
Tarian Gandrung bukan sekadar pertunjukan estetis. Bagi masyarakat Banyuwangi, ia adalah simbol cinta, semangat, dan penghormatan terhadap leluhur. Lewat Festival Gandrung Sewu, nilai-nilai budaya itu dihidupkan kembali secara massal, dengan ribuan penari perempuan menari serempak di tepi pantai yang berlatarkan Gunung Ijen.
Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Gandrung Lestari, Banyuwangi Mendunia.” Ribuan penari muda tampil mengenakan busana tradisional berwarna merah keemasan, lengkap dengan omprog dan selendang khas penari Gandrung. Atraksi ini menjadi magnet wisata yang luar biasa, tidak hanya bagi wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara.
“Gandrung Sewu bukan sekadar festival, tetapi gerakan kebudayaan yang menjaga jati diri Banyuwangi tetap hidup dan relevan di masa kini,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno dalam sambutannya.
13 Tahun Konsisten Tanpa Henti
Sejak pertama kali digelar pada 2012, Gandrung Sewu tidak pernah absen, bahkan di masa pandemi sempat dikemas secara hybrid agar tetap bisa disaksikan secara luas tanpa melanggar protokol kesehatan.
Konsistensi inilah yang membuat Kemenparekraf menilai Banyuwangi sebagai role model pembangunan pariwisata berbasis budaya. Tak hanya menjadi ajang hiburan, festival ini juga membuka lapangan kerja, menggerakkan ekonomi kreatif, dan menumbuhkan kebanggaan daerah.
“Selama 13 tahun, Banyuwangi berhasil membuktikan bahwa budaya bukan warisan masa lalu, melainkan energi masa depan,” puji Sandiaga.
Penari Lokal Daya Tarik Global
Menariknya, seluruh penari Gandrung Sewu berasal dari pelajar dan masyarakat lokal Banyuwangi. Mereka berlatih selama berbulan-bulan di sekolah dan sanggar tari untuk tampil kompak dalam satu gerakan megah.
Bagi warga, menjadi bagian dari Gandrung Sewu adalah kehormatan sekaligus kebanggaan. Banyak peserta muda mengaku termotivasi melestarikan seni tari karena merasa terlibat langsung dalam festival ini.



